Keterlibatan generasi dalam menjalankan komitmen perubahan iklim itu penting, mengingat saat ini terus terjadi peningkatan suhu udara yang menjadi pertanda bahwa krisis iklim sudah semakin nyata. Di mana perubahan suhu tersebut menyebabkan musim hujan dan kemarau tidak menentu, serta memicu terjadinya cuaca ekstrem seperti badai, banjir dan lain sebagainya.
Pada tahun ini, UNICEF juga merilis laporan terkait dampak krisis iklim terhadap generasi muda. Dalam laporan tersebut, organisasi di bawah PBB itu memperkirakan 850 juta atau 1 dari 3 anak di seluruh dunia terkena dampak krisis iklim ekstrem yang terus terjadi, tak terkecuali di Indonesia.
Menghadapi ancaman krisis iklim tersebut, salah satu cara untuk menghadapinya adalah dengan melibatkan lebih banyak anak muda yang peka dan memiliki komitmen iklim yang kuat. Dan pada momentum sumpah Pemuda tahun ini, komitmen anak muda tersebut sudah mulai terlihat di Indonesia.
BACA JUGA: Krisis Iklim dan Perlawanan Anak Muda Kelas Menengah
Di Jakarta, ribuan pemuda melakukan penanaman bibit pohon dan karang hijau di Ancol pada Kamis, 28 Oktober 2021. Kegiatan ini dilakukan di 76 titik seluruh Indonesia dan diikuti oleh sekitar 7.500 Pemuda. Kegiatan ini dimotori oleh Yayasan EcoNUsa karena mereka menganggap bahwa momentum sumpah pemuda adalah momen penting bagi kaum muda Indonesia untuk melestarikan ekosistem laut Indonesia.
Di luar Pulau Jawa aksi pemuda peduli perubahan iklim juga tidak ketinggalan. Generasi muda di Provinsi Jambi misalnya. Pada momentum sumpah pemuda yang jatuh pada 28 Oktober yang lalu, generasi muda yang berasal dari berbagai perguruan tinggi di Provinsi tersebut mengadakan pertemuan yang dinamakan GenZ REDD+ 2021. Dalam pertemuan tersebut, generasi muda di wilayah itu sepakat membantu dan ikut serta berkampanye dalam program penurunan emisi.
Ketua Sub Nasional Project Manajemen Unit BioCF ISFL Jambi Khairul Asrori memberikan apresiasi atas terlaksananya pertemuan GenZ REDD+2021 yang diadakan oleh KLHK tersebut. Ia mengatakan pertemuan GenZ REDD+2021 ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman generasi muda terkait program penurunan emisi berbasis lanskap yang dilaksanakan di Jambi yakni BioCF-ISFL Jambi.
“Kami berterima kasih kepada KLHK atas inisiatif yang baik ini dan kami juga mengajak generasi muda terus bekerja sama dan terlibat aktif sebagai bagian dari program BioCF-ISFL Jambi,” ungkap Khairul.
BACA JUGA: Dengan Kesenjangan Keuangan, Indonesia Tekan Dampak Krisis Iklim
Duta Lingkungan Hidup Kota Jambi 2017, Dapot Silalahi mengatakan kerusakan lingkungan semakin nyata terlihat dalam beberapa waktu terakhir.
“Maka sebagai Generasi Z yang kreatif dan inspiratif, sudah saatnya kita mengambil sikap memulai dari diri kita sendiri, dari Jambi untuk ikut serta menurunkan emisi dan melestarikan planet ini dimulai dari Jambi,” ungkapnya.
Staf Direktorat Mitigasi Ditjen PPI KLHK Suyitno mengungkapkan dampak perubahan iklim sangatlah nyata, dan ia menghimbau generasi muda untuk bersama-sama melakukan Gerakan peduli perubahan iklim.
“Mari bersama sama kita jaga bumi dan lingkungan demi anak cucu dan generasi mendatang yang lebih baik,” katanya sebagaimana dikutip dari media Indonesia (24/9/2021).
Komitmen iklim anak muda dalam juga ditunjukkan oleh anak muda yang tergabung dalam dalam gerakan Jeda untuk Iklim. Di momentum Sumpah Pemuda, mereka bersama-sama menyuarakan agar Pemerintah menghadirkan pembangunan yang berpihak ke masyarakat dan lingkungan, bukan hanya segelintir orang, salah satunya mereka menuntut agar pembangunan PLTU Batubara dihentikan.
Ginanjar Ariyasuta, aktivis muda yang tergabung dalam Gerakan tersebut mengungkapkan bahwa pembangunan PLTU Batubara selain menjadi sumber emisi GRK, juga erat kaitannya dengan konflik agraria yang merampas lahan masyarakat, sementara nikmatnya hanya dinikmati oleh segelintir orang.
BACA JUGA: Bahaya Limbah Batubara terhadap Lingkungan, Kesehatan, dan Dampaknya terhadap Perubahan Iklim
“Pemerintah perlu menghadirkan pembangunan yang berpihak ke masyarakat dan lingkungan, bukan hanya segelintir orang. Konkritnya, pembangunan PLTU Batubara harus dihentikan, karena selain menjadi sumber emisi GRK, juga erat kaitannya dengan konflik agraria yang merampas lahan masyarakat” ungkap Ganjar, sebagaimana dikutip dari Kumparan (28/10/21).
Tidak hanya di Indonesia, komitmen iklim pemuda Indonesia juga tergambar dari perasaan hari sumpah pemuda yang dilakukan perhimpunan pelajar Indonesia (PPI) di perancis. Sebagaimana dikutip dari website Kementerian Luar Negeri RI, pelajar Indonesia mengadakan webinar bertajuk aksi iklim Indonesia untuk masa depan berkelanjutan.
Kegiatan tersebut dibuka oleh Wakil Duta Besar KBRI Paris, Bapak Fernando Alwi, di mana ia menyampaikan bahwa KBRI Paris mendukung penuh kegiatan webinar tersebut dan mengajak kepada semua pelajar Indonesia di luar negeri untuk mengampanyekan keberhasilan Indonesia dan komitmen pemerintah dalam aksi iklim ini.