Laporan dari lembaga Panel Lintas Pemerintah untuk Perubahan Iklim atau Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang menyebut bahwa bumi akan segera berada dalam titik krusial terhadap krisis iklim, benar-benar membuat dunia panik. Bagaimana tidak panik, krisis iklim yang makin mengkhawatirkan dapat memicu berbagai bencana yang akan sulit untuk ditanggulangi dengan kondisi saat ini. 

Berdasarkan laporan penilaian keenam (Sixth Assessment Report atau AR6) IPCC yang dirilis pada 9 Agustus 2021, terdapat beberapa fakta mengenai krisis iklim yang saat ini sedang terjadi:: 

  1. Tidak ada keraguan lagi bahwa pemanasan global 100% disebabkan oleh aktivitas manusia.
  2. Tingkat pemanasan global saat ini belum pernah terekam dalam sejarah dunia.
  3. Peningkatan suhu permukaan secara global sebesar 1,5˚C yang mungkin juga dapat mencapai 2˚C selama abad ke-21.
  4. Terjadinya perubahan ekstrim dari sistem iklim akibat pemanasan global seperti meningkatnya suhu secara ekstrim, gelombang panas laut, curah hujan yang tinggi, kekeringan, siklon tropis, serta mencairnya es di Laut Arktik.
  5. Meningkatnya emisi gas rumah kaca terutama CO2 sehingga menyebabkan penyerapan karbon menjadi kurang efektif dalam menghambat akumulasi CO2 pada atmosfer.
  6. Perubahan yang terjadi akibat emisi gas berdampak terutama pada lautan, lapisan es, dan permukaan laut secara global.

Ket: Ilustrasi perspektif anak muda terkait perubahan iklim | Photo by Callum Shaw on Unsplash via https://unsplash.com

Dengan keadaan demikian, maka wajar jika laporan IPCC ini disebut sebagai mimpi buruk, bukan hanya bagi nasib bumi ke depan tapi juga umat manusia di dalamnya. Oleh karena itu, sudah sepatutnya komitmen dunia tentang perubahan iklim yang termanifestasi dalam Persetujuan Paris (Paris Agreement) menjadi prioritas yang harus dicapai. 

BACA JUGA: Wow, Demi Cegah Krisis Iklim, Kaum Milenial Ternyata Tak Ingin Punya Anak, loh

Laporan IPCC kali ini tidak benar-benar di luar dugaan, melainkan mengkonfirmasi keraguan publik soal siapa pendorong krisis iklim terbesar – yang ternyata benar disebabkan oleh aktivitas manusia.. Walaupun demikian, bukan berarti mimpi buruk yang disajikan tidak bisa dihentikan. Seorang fisikawan iklim Universitas Leeds, Piers Forster menanggapi bahwa di balik suramnya masa depan bumi sebagaimana yang dilaporkan IPCC, masih ada secercah harapan untuk membalik keadaan. 

Secara objektif, Forster berusaha menggambarkan berita buruk dan berita baik dari laporan IPCC dalam kicauannya di akun twitter pribadinya. Forster menyampaikan beberapa berita buruknya sebagai berikut: 

  1. Dunia sekarang lebih hangat daripada setidaknya dalam 125 ribu tahun.
  2. Kita melihat tingkat pemanasan yang belum pernah terjadi sebelumnya dibandingkan dengan waktu manapun dalam 2000 tahun terakhir.
  3. Cuaca ekstrem yang kita lihat sekarang (gelombang panas, hujan lebat, badai, dan kekeringan) semakin intens dan lebih sering serta ilmu baru yang dirinci dalam laporan secara langsung menghubungkan peningkatannya dengan emisi GRK kita – padahal dunia kali ini baru 1,1 derajat Celcius lebih hangat dari Masa Revolusi Industri.
  4. Apapun yang kita lakukan, temperatur bumi akan terus menghangat hingga pertengahan abad ini. Hal ini akan berdampak pada semakin memburuknya cuaca ekstrim yang telah kita alami, pencairan lapisan es yang lebih masif, kenaikan permukaan air laut – dan masih akan terus berlanjut hingga berabad-abad ke depan.
  5. Walaupun kemungkinan tidak terjadi di abad ini, apabila pemanasan global terus berlanjut akan ada perubahan mendadak yang mengkhawatirkan seperti: kemampuan samudera Atlantik untuk menyeimbangkan sirkulasi udara dunia mati, runtuhnya tebing-tebing es Antartika secara masif, dan kematian hutan Amazon.
  6. Tanpa perubahan transformasional, 1,5 derajat Celcius diperkirakan akan tercapai pada awal 2030-an.

BACA JUGA: 4 Manfaat Bersepeda Bagi Lingkungan dan Krisis Iklim, Nomor 4 Penting Banget Loh!

Sedangkan berita baik dari laporan IPCC itu, yakni:

  1. Laporan tersebut telah mampu membawa beberapa bukti baru (pengamatan baru, teori, set simulasi baru, studi iklim paleo) yang bisa digunakan untuk membuat proyeksi iklim yang jauh lebih kuat dan strategis.
  2. Jika kita bisa mencapai  emisi nol karbon, pemanasan temperatur bumi juga kemungkinan akan berhenti. Ini terlepas dari pencairan permafrost yang masih terus berlanjut.
  3. Banyak Kejadian Ekstrim terkait dengan suhu, namun,  jika kita menghentikan pemanasan, sebagian besar kejadian ekstrim tersebut akan berhenti memburuk.
  4. Pengurangan metana dalam 10 tahun ke depan dapat mengurangi tingkat pemanasan jangka pendek yang belum pernah terjadi sebelumnya dan memperbaiki polusi udara.
  5. Proyeksi menunjukkan bahwa jika kita mengurangi emisi dengan cepat dalam 10 tahun ke depan dan dunia mencapai target emisi nol karbon atau net zero emission di tahun 2050, kita masih memiliki peluang untuk membatasi pemanasan hingga 1,5C.
  6. Jika kita melangkah lebih jauh dan mencapai emisi nol karbon atau net zero emission, perubahan suhu seharusnya mulai perlahan-lahan berbalik arah.

Secercah harapan yang disampaikan Forster harus dimaksimalkan banyak negara demi memutar balikkan keadaan. Untuk memutar balikkan keadaan, negara-negara di dunia harus terus memperkuat komitmen iklimnya dengan gebrak-gebrakan baru berupa lompatan besar (Quantum leap), jika dunia masih memproduksi emisi karbon sebagaimana business as usual, maka mimpi buruk tersebut akan benar-benar terjadi. [ ]