Sudah 76 tahun bangsa ini merdeka, tak salah juga jika sampai sekarang rakyat Indonesia bangga karena leluhurnya telah berjuang meraih kemerdekaan itu karena hanya bermodal tekad yang kuat. Tekad yang kuat itu nyatanya mampu memukul mundur penjajah yang akhirnya membawa bangsa ini ke gerbang kemerdekaan. 

Bukan hanya merdeka dari kolonial, berkat tekad yang kuat banyak hal telah berhasil ditaklukkan bangsa ini, salah satunya kediktatoran orde baru sampai dengan krisis moneter 1998, dan banyak hal lain yang pada akhirnya membawa bangsa bernama Indonesia selalu lahir sebagai pemenang. Oleh karena itu pula, terlalu sempit dan sangat disayangkan jika semangat kemerdekaan hanya ada pada saat merayakan kemerdekaan republik ini saja karena seharusnya semangat kemerdekaan itu selalu ada dalam jiwa setiap orang di Indonesia, kapan pun dan di mana pun mereka berada. 

Begitu pula kiranya ketika pandemi covid-19 menimpa sampai dengan ancaman krisis iklim dunia, banyak orang tetap optimis jika bangsa ini akan terus survive karena semangat kemerdekaan yang diwariskan nenek moyang bangsa, tidak pernah luntur dan kekal abadi.

BACA JUGA: Bisakah Indonesia Merdeka dari Krisis Iklim? Bisa, Pasti Bisa!

Benar bahwa sekarang, Indonesia masih bergelut dengan pandemi. Walaupun dirasa kurang maksimal, upaya untuk lepas dari jerat virus yang menggerogoti hampir seluruh sendi kehidupan itu masih terus ditingkatkan. Jika dilihat dengan seksama pula, tidak hanya pandemi yang menjadi ancaman besar bangsa ini, tapi juga ada krisis iklim dunia. 

Krisis iklim adalah sebuah krisis yang disebabkan oleh perubahan iklim dunia. Perubahan iklim itu sendiri terjadi akibat gas rumah kaca yang terjebak di stratosfer sehingga membentuk selimut yang membuat suhu bumi menjadi naik. Kenaikan suhu ini lantas memicu berbagai reaksi seperti bencana alam dan banyak hal lainnya. 

Terkait dengan krisis iklim, belum lama ini, Para ilmuwan dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim atau Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) memberikan sinyal kode merah kemanusian yang menjelaskan bahwa dunia sudah berada dalam ambang batas akibat krisis iklim yang makin mengkhawatirkan. 

Menurut laporan IPCC, jika tidak ada tindakan segera, cepat, dan dalam skala besar yang diambil untuk mengurangi emisi, maka suhu global rata-rata kemungkinan akan mencapai atau melewati ambang batas pemanasan 1,5 derajat Celcius dalam waktu 20 tahun. Suhu global rata-rata saat ini naik 1,1 derajat Celcius dari rata-rata pra-industri yang akan menaikkannya 0,5 derajat lebih jauh tanpa efek temper polusi di atmosfer. Sebagai catatan, emisi gas rumah kaca saat ini kebanyakan berasal dari karbon dioksida (CO2) dari pembakaran bahan bakar fosil yang terakumulasi di atmosfer.

Fakta yang diungkap oleh Para Ilmuwan IPCC tersebut tentu merupakan mimpi buruk, tapi bukan berarti adalah akhir dari segalanya karena harapan untuk memutar balikkan keadaan masih terbuka lebar. 

Salah seorang Fisikawan Iklim University of Leeds di Inggris, Piers Forster menyampaikan bahwa laporan IPCC tidak hanya menyajikan berita buruk tentang krisis iklim yang saat ini mengancam tapi juga berita baik terkait peluang untuk memenangkan perlawanan. Menurut Piers Forster, banyak kesempatan untuk membalik keadaan apabila dunia berhasil mencapai titik nol karbondioksida CO2 atau juga net zero emission.  Tentu untuk mencapai target tersebut upaya yang masih business as usual harus ditinggalkan dan segera berganti dengan strategi lompatan dan gebrakan.

Apa yang Harus Dilakukan Indonesia?

Sebagai negara yang berdaulat, Indonesia punya banyak cara untuk ikut berkontribusi dalam upaya memerangi krisis iklim dunia yang makin mengkhawatirkan itu. Indonesia harus optimis bahwa ancaman ini dapat diselesaikan dengan semangat kemerdekaan, artinya juga semangat yang pantang menyerah sebagaimana para pendiri negara mewujudkan kemerdekaan demi para penerusnya di masa depan. 

BACA JUGA: Sudah Siapkah Dengan Pajak Karbon?

Bekal Indonesia sudah cukup, Indonesia punya banyak hal, Indonesia punya lingkungan yang masih baik, hutan yang masih asri, dan banyak sumber daya lainnya untuk mendukung pencapaian komitmen iklim dunia. 

Semangat kemerdekaan itu haruslah dimanifestasikan ke dalam komitmen hijau untuk membangun Indonesia secara berkelanjutan dan untuk melakukan pukulan telak pada krisis iklim. Tidak ada hal yang tidak mungkin asal dilakukan dengan kerja keras dan komitmen yang kuat. 

Ingat, perjuangan para pahlawan melawan penjajah dimulai dengan mengangkat bambu runcing yang dibalut dengan semangat kemerdekaan yang luar biasa. Kalau Indonesia bisa lepas dari banyak ancaman selama ini, tentu Indonesia juga bisa lepas dari pandemi bahkan juga krisis iklim.

Untuk lepas dari krisis iklim itu caranya cukup sederhana, berhentilah melakukan hal yang mengancam keberadaan hutan agar hutan tetap lestari, segeralah beralih dari energi kotor ke energi bersih, dan wujudkan pembangunan ekonomi hijau atau pembangunan tanpa merusak lingkungan yang selama ini masih dalam angan-angan, dengan semangat kemerdekaan. Sekarang ayo, kita pukul mundur krisis iklim dunia!