Foto utama: Sejumlah penari bawa poster partai politik(Ilustrasi). Foto: ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Komitmen Partai Politik dalam menghadapi perubahan iklim sangat dibutuhkan. Sebab dampak nyata dari perubahan iklim tersebut sudah semakin nyata. Bila terus dibiarkan, banyak pulau-pulau Indonesia yang terancam tenggelam karena naiknya permukaan air laut.
Ketua Umum Partai gelora, Anis Matta mengatakan bahwa situasi lingkungan Indonesia harus diperbaiki. Jika tidak, Indonesia menghadapi ancaman keamanan nasional yang jauh lebih besar daripada ancaman perang.
“Yang sesungguhnya kita hadapi adalah ancaman kepunahan kita sebagai penghuni bumi yang ancamannya jauh lebih besar dari ancaman perang,” ungkapnya, sebagaimana diungkap dari CNN Indonesia, (23/11/2021).
Sebagai bukti komitmen dari Partai Gelora, partai tersebut menggelar acara penghijauan menyambut Hari Menanam Pohon Indonesia pada 28 November 2021. Tidak tanggung-tanggung, Partai Gelora mengadakan program menanam 10 juta pohon.
Anis Matta mengatakan bahwa program menanam 10 juta pohon tersebut merupakan kontribusi parpolnya memperbaiki bumi. Terlebih lagi, belakangan ini sering terjadi bencana alam akibat perubahan iklim.
BACA JUGA: Bahaya Limbah Batubara terhadap Lingkungan, Kesehatan, dan Dampaknya terhadap Perubahan Iklim
“Bencana alam yang ditimbulkan oleh perubahan iklim saat ini, telah mengubah planet kita ini, menjadi planet yang sangat tidak nyaman dihuni,” katanya. Menurut Anis Matta, sebagaimana dikutip dari CNN Indonesia.Komitmen dalam menghadapi perubahan iklim juga ditunjukkan oleh Partai NasDem. Melalui Garda Pemuda (GP) NasDem, partai tersebut menyatakan telah terlibat aktif mengatasi perubahan iklim sebagai komitmen untuk membantu pemerintah mengatasi perubahan iklim.
Hal itu disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) GP NasDem Duwi Pratiwi pada Forum Diskusi “Youth and Climate Action: Important Contribution to the Global Community” di Paviliun Indonesia, COP26 Glasgow pada (11/11/21).“Ke depannya, kami akan memulai kembali program-program nyata untuk mengatasi isu-isu lingkungan, khususnya krisis perubahan iklim, dengan memanfaatkan jaringan kami yang tersebar di seluruh penjuru negeri,” ungkap Duwi sebagaimana dikutip dari Media Indonesia (11/11/21)
Komitmen Iklim juga ditunjukkan oleh Fraksi Partai Golkar di DPR, yakni Puteri Anetta Komarudin. Ia menegaskan bahwa penanganan perubahan iklim harus dilakukan dengan menciptakan ekosistem industri nasional yang berkelanjutan dan harus harus disertai peta jalan yang komprehensif sebagai komitmen, termasuk dengan menerapkan pajak karbon.
“Instrumen pajak karbon ini kami perjuangkan sebagai bukti komitmen Indonesia menuju ekonomi hijau dan mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebanyak 29 persen pada 2030 sesuai Perjanjian Paris. Penerimaan pajak ini nantinya juga dapat mendukung pendanaan untuk upaya pengendalian perubahan iklim. Namun, agar tepat dan tercapai, pemerintah harus menyiapkan peta jalan yang jelas dan terarah sebagai pedoman implementasi. Jika tidak terarah, justru pajak ini dapat menghambat pencapaian target dan adaptasi industri atas kebijakan ini,” kata Puteri dalam keterangannya, pada (5/10/2021).
Meski sejumlah partai politik tersebut telah menyatakan komitmennya, namun hasil survei masih menyatakan sebaliknya. Hasil sigi Indikator Politik Indonesia menunjukkan partai politik dianggap belum memberi perhatian dan belum menjadikan krisis iklim sebagai prioritas dalam agenda politiknya dengan penilaian hampir semua partai hanya meraih nilai di bawah 5 persen.
“Partai politik dianggap belum memberi perhatian dan belum menjadikan krisis iklim sebagai prioritas dalam agenda politiknya dengan penilaian hampir semua partai hanya meraih nilai di bawah 5 persen,” ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia (IPI) Burhanuddin Muhtadi, sebagaimana dikutip dari Tempo, (28/10/21)
BACA JUGA: Manfaat Mangrove dalam Memerangi Krisis iklim
Survei ini dilakukan pada 9-16 September 2021. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang sudah berumur 17 tahun hingga 35 tahun ketika survei dilakukan. Dalam survei ini jumlah sampel sebanyak 4020 responden yang terdiri atas 3.216 responden usia 17-26 tahun dan 804 responden usia 27-35 tahun.
Dalam menanggapi hasil survei tersebut di atas, Politikus Partai Gerindra Rahayu Saraswati menyebut hasil survei ini menjadi bekal yang akan dibawanya untuk memperjuangkan isu krisis iklim di partai.
“Meskipun, realitanya sedikit sulit untuk memperjuangkan isu ini di lapangan. Tetapi banyak partai yang membicarakannya. Berbicara dengan mayoritas DPR sekarang yang usianya di atas milenial banyak yang belum melihat ini sebagai hot issue,” unggap Rahayu Saraswati sebagaimana dikutip dari Tempo, (28/10/21)