Laporan dari lembaga Panel Lintas Pemerintah untuk Perubahan Iklim atau Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), sebuah badan PBB yang dibentuk pada 1988 untuk menganalisis ilmu pengetahuan seputar perubahan iklim, menyebut bahwa bumi akan segera berada dalam titik krusial terhadap krisis iklim. Hal itu terjadi karena krisis iklim makin mengkhawatirkan dan dapat menyebabkan terjadinya berbagai bencana yang mungkin sulit untuk ditanggulangi.
Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres mengatakan bahwa hal itu terjadi sebagai dampak merusak yang dilakukan oleh umat manusia. Emisi gas yang membuat suhu Bumi menghangat saat ini berpotensi melampaui batasan yang telah ditetapkan hanya dalam waktu 10 tahun.
Sebagaimana dikutip dari bbc.com (10/8/21), para penulis laporan ini juga menunjukkan bahwa kenaikan permukaan laut mendekati dua meter di akhir abad ini sebagai suatu yang “tidak dapat terhindarkan”.
Menurut Profesor Ed Hawkins dari Universitas Reading, Inggris, yang juga merupakan salah satu penulis laporan tersebut, para ilmuwan tidak bisa lebih jelas lagi. “Ini adalah pernyataan yang memuat fakta, kita tidak bisa lebih yakin lagi; tidak bisa dipungkiri dan diperdebatkan, manusia telah membuat Bumi memanas.” Paparnya, sebagaimana dikutip dari bbc.com (10/8/21).
Ket: ilustrasi Aksi Mogok Makan Anak Muda di Berlin demi menuntut penanganan perubahan iklim. Sumber: BBC.
Petteri Taalas, Sekjen Organisasi Meteorologi Dunia, memberikan perumpamaan dengan menyebut kerusakan bumi ibarat doping di dunia olahraga. “Meminjam istilah dalam olahraga, atmosfer kita telah terpapar doping, artinya kita telah melihat peristiwa ekstrim terjadi lebih sering dari sebelumnya.”
Para penulis laporan menyebutkan, sejak 1970-an, suhu permukaan global telah meningkat lebih cepat ketimbang periode 50 tahunan lain, selama 2.000 tahun terakhir.”
Namun demikian, kita harus tetap bersikap positif setelah membaca laporan yang menakutkan tersebut. Tentu tidak dengan cara menerima begitu saja perubahan iklim, namun mengupayakan berbagai hal agar perubahan iklim yang menakutan tersebut dampaknya dapat dikurangi.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa perubahan dan variabilitas iklim sudah terjadi dan dampaknya akan semakin buruk jika kita tidak melakukan sesuatu yang berarti baik melalui pencegahan (mitigasi), maupun melalui upaya penyesuaian diri (adaptasi) terhadap dampak yang ditimbulkan.
Para ahli mengatakan bahwa masih ada harapan baru bahwa pengurangan tajam emisi dari gas rumah kaca bisa menstabilkan kenaikan suhu. Piers Forster, seorang professor dari Universitas Leeds, Inggris mengatakan jika kita dapat mengurangi emisi global hingga setengahnya pada 2030, dan mencapai emisi nol karbon atau net zero emission pada pertengahan abad ini, kita dapat menghentikan dan mungkin membalikkan kenaikan suhu.
BACA JUGA: IUCN Ganti Status Komodo Dalam Daftar Merah Menjadi Terancam Punah Akibat Krisis Iklim
Kita harus membangun optimisme untuk menyelamatkan bumi dengan tidak bersikap panik, melainkan bersiap membangun dengan lebih baik. Pembangunan harus dilakukan dengan lebih cerdas dan mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan seperti emisi yang dihasilkan gedung-gedung harus dikurangi hingga 80-90 persen dan penggunaan bahan bakar fosil harus ditekan.
Supaya tetap optimis setelah membaca laporan IPCC, setidaknya terdapat 4 cara yang dapat kita lakukan dalam mendukung upaya penyelamatan bumi dan terhindar dari dampak negatif krisis iklim.
Ket: Ilustrasi Pengguna Transportasi Umum. Sumber: Tempo.co
1. Menggunakan Angkutan Umum
Menggunakan angkutan umum akan mengurangi emisi karbon, karena penggunaan kendaran pribadi berkurang, maka penggunaan bahan bakar fosil juga akan jauh lebih berkurang.
Dr. Debra Roberts, salah satu petinggi IPCC mengatakan, “kita bisa memilih cara kita bepergian di dalam kota dan jika kita tak punya akses ke angkutan umum, pastikan bahwa Anda memberi suara pada politisi yang menjanjikan untuk membangun angkutan umum.” sebagaimana dikutip dari bbc.com (29/519).
2. Menghemat Energi
Melakukan penghematan energi adalah salah satu sikap positif dan cerdas dalam menghadapi ancaman perubahan iklim. Tindakan-tindakan sederhana seperti menggunakan jemuran untuk mengeringkan pakaian dari pada menggunakan mesin pengering pakaian adalah salah satu contohnya.
3. Kurangi dan Daur Ulang, Bahkan untuk Air
Tindakan positif berikutnya yang dapat kita perbuat adalah mengurangi penggunaan barang-barang yang berpotensi menjadi sampah yang sulit terurai. Mungkin sudah berulang kali kita disuguhi pengetahuan tentang keuntungan mendaur ulang barang-barang yang sebenarnya bisa digunakan kembali. Pengurangan dan daur ulang bisa meminimalisir kerugian, yang mungkin juga berlaku terhadap penggunaan air.
BACA JUGA: Wow, Demi Cegah Krisis Iklim, Kaum Milenial Ternyata Tak Ingin Punya Anak, loh
4. Berkontribusi dalam kampanye perubahan iklim, sekaligus menuntut perubahan sistem!
Pengetahuan yang kita miliki mengenai dampak buruk perubahan iklim perlu disebarluaskan. Oleh sebab itu, bergabunglah dengan komunitas yang peduli dengan isu serupa. Kita harus membangun semacam jaringan berbagi yang bisa menjadi tempat kita untuk berkeluh kesah tentang perubahan iklim, baik untuk berbagi bagaimana cara untuk menghadapinya, maupun berbagi pengetahuan tentang dampak dan dan bagaimana untuk mencegah atau memperlambat laju perubahan iklim. Perubahan iklim tidak dapat kita selesaikan sendiri. Seluruh sistem kehidupan termasuk politik harus didesain supaya dapat memitigasi dan melakukan adaptasi perubahan iklim. Sebagai seseorang yang masih ingin hidup di bumi 20 tahun lagi, kita berhak menuntut perubahan yang lebih besar.