Sebuah penelitian menyebutkan bahwa emisi gas rumah kaca dari orang-orang super kaya (sebesar 1%) akan berada di jalur yang 30 kali lebih tinggi dari yang dibutuhkan untuk menghentikan planet dari pemanasan di atas 1,5 derajat Celcius. Sementara emisi gas rumah kaca dari 50% penduduk termiskin masih akan jauh di bawah kebutuhan, meskipun mereka adalah kelompok yang paling parah terpapar dampak perubahan iklim.
“Total jejak karbon dari 1% orang-orang super kaya akan tumbuh, sementara 50% orang-orang termiskin tetap kecil, ungkap sebuah penelitian, walaupun ada komitmen yang dibuat saat KTT COP26.”
Penelitian itu dilakukan oleh dua badan lingkungan Eropa, muncul saat para pemimpin dunia bertemu di Konferensi Iklim COP26 di Glasgow, Skotlandia. “Sekelompok kecil elit tampaknya memiliki izin bebas untuk melakukan pencemaran,” kata Naftoke Dabi di Oxfam, dari Institut Lingkungan Stockholm dan Institut Kebijakan Lingkungan Eropa.
Emisi mereka yang terlalu besar memicu cuaca ekstrem di seluruh dunia dan membahayakan tujuan internasional untuk membatasi pemanasan global.
Para ilmuwan tentang iklim memperingatkan bahwa ada gas rumah kaca dalam jumlah terbatas yang dapat terus kita lepaskan ke atmosfer sebelum planet ini menghangat hingga lebih dari 1,5C dari tingkat pra-industri.
Pada 2030, kita hanya perlu mengeluarkan karbon sebanyak yang dapat diserap oleh planet ini. Bayangkan jumlah ini dibagi rata dan setiap orang dewasa di planet ini memiliki bagian, pada 2030 kita masing-masing dapat mengeluarkan 2,3 ton karbon setiap tahun (https://www.bbc.com; 7 November 2021).
Orang-orang super kaya – banyak di antaranya memiliki banyak rumah, jet pribadi, dan superyacht yang mengeluarkan emisi jauh lebih banyak daripada yang lain. Sebuah studi baru-baru ini yang melacak perjalanan udara para selebriti melalui akun media sosialnya menemukan sejumlah emisi lebih dari seribu ton setiap tahun.
Tetapi kelompok 1% secara global itu bukan hanya miliarder, atau bahkan jutawan – ini termasuk siapa saja yang berpenghasilan lebih dari $172.000 (sekitar Rp2,5 miliar) per tahun.
Studi ini juga mengamati 10% orang-orang sangat kaya di dunia – siapa pun yang berpenghasilan lebih dari $55.000 (sekitar Rp790 juta) – dan menemukan emisi masih tinggi. Sebanyak 10% orang-orang sangat kaya itu akan mengeluarkan karbon sembilan kali lebih banyak. Sementarai 90% orang di seluruh dunia tidak pernah naik pesawat.
Namun mereka ikut mengkhawatirkan emisi dari orang-orang yang membakar sampah di kotanya, dimana sistem pengelolaan sampah tidak berfungsi, serta tidak efisiennya pembakar kayu dan gas yang digunakan untuk memasak.
Laporan Oxfam juga menemukan bahwa 40% kelompok menengah melakukan upaya paling banyak untuk mengekang emisi. Sementara jejak karbon mereka meningkat secara signifikan antara 1990 dan 2015, itu akan menurun, berkat perubahan yang dilakukan di tingkat pemerintah pada sektor-sektor seperti transportasi dan energi sejak perjanjian iklim Paris pada 2015.
Tetapi menurut Naftoke Dabi, pemerintah perlu berbuat lebih banyak dengan menyerukan larangan dan pemberlakuan pajak atas “barang mewah padat karbon, rumah mewah, mobil SUV atau wisata luar angkasa”.
“Mereka perlu mengatasi emisi orang-orang super kaya karena mereka sangat bertanggung jawab atas krisis iklim, dan mereka yang paling miskinlah yang membayar harga tertinggi,” katanya.
Lalu sejauh manakah kepedulian orang-orang super kaya akan krisis iklim yang telah terjadi saat ini?
Pendiri Amazon yang juga salah satu orang terkaya dunia, Jeff Bezos mengatakan Bezos Earth Fund miliknya bersedia mengeluarkan dana sebesar USD 2 miliar (Rp 28,6 triliun) untuk memulihkan lanskap dan mengubah sistem pangan.
Dalam konferensi iklim (KTT COP26) di Glasgow, Jeff Bezos mengaku telah menyaksikan sendiri kondisi kerapuhan dunia ketika melakukan perjalanan ke luar angkasa. “Di terlalu banyak bagian dunia, alam sudah beralih dari penyerap karbon ke sumber karbon,” sebut Bezos dalam konferensi tersebut.
Dalam kesempatan itu, Bezos menceritakan pengalaman bepergian dengan kapal roketnya, New Shepard, pada Juli 2021 sebagai pengungkapan kerentanan Bumi. Bezos Earth Fund berencana mengeluarkan USD 10 miliar (Rp 143,1 triliun) untuk memerangi perubahan iklim secara keseluruhan.
“Melihat kembali Bumi dari atas sana, atmosfer tampak begitu tipis, dunia begitu terbatas dan rapuh. Sekarang, di tahun kritis ini dan apa yang kita semua tahu adalah dekade yang menentukan, kita semua harus berdiri bersama untuk melindungi dunia kita,” tutur Bezos, dalam konferensi COP26 (https://www.liputan6.com; 3 November 2021).
Sebelumnya, pada bulan September, Bezos Earth Fund menjanjikan dana sebesar USD 1 miliar untuk melestarikan alam dan masyarakat adat dan budaya.
Saat mengumumkan janji tindak lanjut inisiatif tersebut, dengan mengeluarkan USD 2 miliar, Bezos mengatakan bahwa dua pertiga dari lahan produktif Afrika terdegradasi, dengan menambahkan bahwa masalah ini bisa diatasi.
“Restorasi dapat meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan hasil dan meningkatkan ketahanan pangan, membuat air lebih dapat diandalkan, menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi, sekaligus menyerap karbon,” ujar Bezo di tengah COP26.
Sebagai catatan, beberapa pekerja Amazon telah mendesaknya untuk melakukan lebih banyak hal dalam melawan perubahan iklim. Mereka juga melakukan aksi mogok kerja dan beberapa staff telah berbicara di depan publik. Selain itu, program ruang angkasa Blue Origin yang dilakukan Bezos yang dikritik lantaran jejak karbonnya.
Bentuk Kepedulian Iklim dari Orang Super Kaya
Selain itu orang-orang super kaya juga dapat melakukan yang terbaik untuk membantu memperbaiki krisis iklim. Berikut ini diantaranya agar orang kaya bisa membuat perbedaan dari lainnya (https://www.republika.co.id; 26 November 2021):
1. Belanja dengan bijak
Keputusan membeli orang kaya jauh lebih berarti dalam perang melawan perubahan iklim daripada keputusan kebanyakan orang. Ilona Otto dan rekan-rekannya di Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim memperkirakan bahwa rumah tangga “super-kaya” khas dua orang (yang mereka definisikan memiliki aset bersih lebih dari 1 juta dolar AS, tidak termasuk rumah utama mereka) memiliki jejak karbon sebesar 129 ton CO2 per tahun. Itu sekitar 10 kali rata-rata orang.
“Mengenai pilihan gaya hidup mereka sendiri, orang kaya bisa banyak berubah,” kata Otto. “Misalnya, meletakkan panel surya di atap rumah mereka. Mereka juga mampu membeli mobil listrik dan yang terbaik, jika mereka menghindari menggunakan pesawat.“
2. Divestasi
Selain memilih untuk membelanjakan uang, orang kaya dapat memilih industri apa yang akan diinvestasikan, atau tidak berinvestasi. Oxfam memperkirakan bahwa jumlah miliarder dalam daftar Forbes dengan kepentingan bisnis di sektor bahan bakar fosil naik dari 54 pada 2010 menjadi 88 pada 2015, dan ukuran kekayaan mereka meningkat dari lebih dari 200 miliar dolar AS menjadi lebih dari 300 miliar dolar AS.
Tapi ada tren investor kaya menjual saham mereka di industri yang merusak iklim, yang dikenal sebagai divestasi. Lebih dari 1.100 organisasi dan 59.000 individu, dengan aset gabungan senilai 8,8 triliun dolar AS, telah berjanji untuk melepaskan diri dari bahan bakar fosil melalui gerakan online Divest Invest.
Di antara mereka adalah aktor Hollywood Leonardo DiCaprio, yang menandatangani janji atas nama dirinya dan yayasan lingkungannya, serta sekelompok 22 orang kaya dari Belanda yang berjanji untuk menghilangkan kekayaan pribadi mereka dari 200 perusahaan teratas minyak, gas, dan batu bara.
“Jika investor minoritas melakukan divestasi, investor lain tidak akan berinvestasi dalam aset bahan bakar fosil karena mereka akan takut kehilangan uang, bahkan jika mereka tidak memiliki masalah lingkungan.” kata studi tersebut.
3. Kekayaan berarti kekuatan
Orang kaya bukan hanya pembuat keputusan ekonomi, mereka juga dapat memiliki pengaruh politik. Mereka dapat mendanai partai politik dan kampanye dan memiliki akses ke anggota parlemen. Orang kaya dapat menggunakan kekuatan politik mereka untuk memicu perubahan positif pada kebijakan iklim.
4. Mendanai penelitian iklim
Orang kaya juga dapat mendukung penelitian iklim. Pada 2015, pendiri Microsoft, Bill Gates, memberikan 2 miliar dolar AS dari kekayaannya untuk mendanai penelitian dan pengembangan dalam energi bersih. Pada bulan Mei, sekelompok ilmuwan menulis kepada 100 badan amal dan keluarga kaya di Inggris untuk meminta peningkatan besar dalam pendanaan masalah lingkungan dan iklim.
Ada banyak insentif bagi orang kaya untuk menuntut tindakan iklim: Sebuah laporan PBB baru-baru ini memperingatkan bahwa menunda kebijakan iklim akan membebani perusahaan top dunia 1,2 triliun dolar AS selama 15 tahun ke depan.
5. Jadi Panutan
Orang super kaya mungkin juga memiliki pengaruh pada emisi karbon orang lain. Status tinggi dalam masyarakat tetap dikaitkan dengan kekayaan materi yang tinggi. Banyak yang meniru gaya hidup para orang kaya ini sehingga mereka harus dapat menjadi panutan dalam mencegah perubahan iklim.(*)
Sumber:
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-59172908; 7 November 2021
https://www.liputan6.com/bisnis/read/4700862/orang-terkaya-dunia-jeff-bezos-siap-berikan-rp-1431-triliun-untuk-perangi-perubahan-iklim; 3 November 2021
https://money.kompas.com/read/2020/02/18/080700926/lawan-perubahan-iklim-orang-terkaya-di-dunia-ini-donasi-rp-140-triliun?page=all; 18 Februari 2021
https://www.republika.co.id/berita/punlk5438/peran-yang-bisa-dilakukan-orang-kaya-pada-perubahan-iklim; 26 November 2021