Pagi hari menawarkan udara sejuk yang dapat kita hirup dan nikmati dengan waktu amat terbatas. Sayang banget, siangan dikit udaranya udah gak sejuk lagi dan malah mengandung banyak polusi akibat kendaraan mulai banyak berlalu-lalang.
Sedih juga kita bisa menikmati udara segar kaya gitu cuma di pagi hari dengan waktu terbatas, andai masyarakat sadar bahwa penggunaan moda transportasi berlebih memperburuk tingkat kualitas udara dan tentunya kondisi iklim karena jejak karbon yang ditinggalkan.
Aku berpikir bagaimana kita bisa benar-benar mengubah masyarakat untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi dalam era modern seperti ini yang menuntut mobilitas tinggi? Dari sebuah kegelisahan sederhana itu, akhirnya aku memulai dari diriku sendiri. Dan bersepeda, adalah jalan ninjaku.
BACA JUGA: 4 Manfaat Bersepeda Bagi Lingkungan dan Krisis Iklim, Nomor 4 Penting Banget, loh!
Aku tinggal di daerah Parung, Kabupaten Bogor yang udaranya masih cukup sejuk dan di sekitar rumahku masih banyak pepohonan dan ladang petani. Namun meski lingkungan rumahku masih asri, tetap saja udara sejuk hanya bisa dinikmati sebentar sekali. Ketika masyarakat sudah mulai bergegas menyalakan kendaraan pribadinya menuju tempat kerja, saat itulah warga mulai menghirup banyak karbon monoksida.
Karbon monoksida jadi salah satu material penyumbang terbesar dan paling berpengaruh terhadap perubahan iklim. Dampaknya yang paling terasa ya pada kualitas udara, perubahan cuaca tak menentu dan suhu bumi yang semakin panas. Saat ini moda transportasi jadi kontributor penyumbang karbon, mulai dari hasil pembuangan emisinya, sampai proses penghasilan bahan bakar yang masih menggunakan fosil.
Penggunaan transportasi pribadi memang tidak bisa dikurangi dalam skala massal dalam waktu singkat, perlu ada kesadaran dan perubahan dari masing-masing orang dulu menurutku. Ketika perubahan itu sudah menjadi budaya baru yang menyenangkan, tentu tanpa diperintah orang-orang akan senang menggunakan transportasi alternatif seperti transportasi umum atau bahkan bersepeda.
Ngomong-ngomong soal bersepeda, ada sebuah tren di luar negeri namanya, Commuter Cycling. Yaitu menggunakan sepeda sebagai kendaraan pendukung ke tempat kerja, tempat perbelanjaan atau tempat pemberhentian transportasi publik. Trend ini menjadi lifestyle bagi masyarakat di negara maju. Kira-kira apakah kita bisa menerapkan bersepeda jadi transportasi pendukung juga di Indonesia?
BACA JUGA: Menjaga Bumi Dimulai dari Hal Kecil, Merlin Sudah Lakukan Itu, Kalian?
Bisa banget dong, aku mulai menggunakan sepeda sebagai sarana transportasi pendukung. Maksudnya transportasi pendukung tuh gimana sih? Jadi aku pakai sepeda untuk berangkat kerja, tapi enggak gowes sampai kantor. Misalkan dari rumah sampai stasiun aja, selebihnya aku naik kereta dan ojek online gitu. Menurutku lumayan sih untuk mengurangi jejak karbon kalau aku pakai motor dari rumah ke stasiun.
Sumber: Youtube Ayo Hidup Sehat
Dampaknya emang gak terlalu besar dan perubahan udaranya juga gak signifikan, tapi bersepeda aku lakukan sebagai kesadaran pribadi dan perubahan kecil dari diri sendiri. Setidaknya, aku berkontribusi dalam mengurangi jumlah karbon dan bertanggung jawab atas jejak karbon yang aku tinggalkan.
Selain mengurangi jumlah karbon, bersepeda juga bisa meningkatkan imun tubuh dan bikin tubuh jadi sehat. Karena bersepeda termasuk ke dalam olahraga aerodinamis yang membuat tubuh kita banyak bergerak dan berkeringat. Selain itu dengan bersepeda kita juga dapat menikmati pemandangan sekitar lebih nikmat.
Setiap kayuhan sepeda, menghasilkan kebahagiaan bagi tubuh dan dampak bagi bagi lingkungan. Aku mulai membiasakan dan menerapkan dalam mobilitas, kalau jarak yang aku tempuh masih mumpuni menggunakan sepeda, ya aku pakai sepeda aja hehe. Bikin sehat, bahagia dan hemat ongkos juga.
Yuk budayakan bersepeda atau jalan kaki supaya kita sehat dan bumi juga sehat.
Penulis: Izhar Alkhalifard
Social Media Specialist Yayasan Madani Berkelanjutan
Foto utama: Presiden Joko Widodo saat menaiki sepeda Polygon. / Setneg.go.id