Kebiasaan dari dulu masa kanak-kanak ketika pergi sekolah Taman Kanak-Kanak, Ibu selalu menyiapkan air minum di botol minum dan makanan di kotak makan untuk dibawa. Kebiasaan ini terus terbawa sampai SMA yang selalu membawa bekal dari rumah yang disiapkan sendiri atau biasanya dibantu Ibu.
Meskipun sudah membawa bekal, tapi masih saja sering jajan yang menghasilkan sampah plastik, karena saat itu belum cukup mengerti dan tahu terhadap bahaya dan dampak buruk dari sampah plastik. Namun, saya selalu membuang sampah pada tempatnya, jika tidak ada tempat sampah saya menyimpannya di tas sekolah dan membuangnya pada tempat sampah.
Sumber: foto dokumentasi pribadi penulis
Tidak hanya itu, saya juga sering mengingatkan kepada teman-teman untuk membuang sampah pada tempatnya. Hal ini karena sudah terpupuk dari kebiasaan keluarga atau orang tua yang selalu mengajarkan kami, anak-anaknya untuk membuang sampah pada tempatnya serta menjaga kebersihan di sekitar rumah, kebun, serta pantai dan hutan yang ada dekat dengan tempat tinggal kami.
BACA JUGA: Mangrove: Sang Penjaga Iklim yang Asyik Bermandikan Lumpur, Yuk, Kita Jaga Bersama!
Soal jajan yang menghasilkan sampah plastik ini, puncaknya ketika berada di bangku SMA kelas XI-XII dan di bangku kuliah, masa-masa di mana saya belum tahu banyak tentang pentingnya menjaga bumi dari sampah plastik.
Selain itu mana tahan saya dengan banyak tawaran makanan dan jajanan yang dijual dan dipromosikan. “Ayo teman-teman di sana ada kafe baru mari kitorang (kita) coba minumannya dan menu baru”, ajakan saya pada teman-teman ketika semasa di SMA dan bangku kuliah. Di kafe dan warung yang kita datangi untuk mencoba setiap menu baru pasti saja menggunakan sedotan plastik, gelas plastik, garpu mini plastik dan kawan-kawannya plastik sekali pakai.
Setelah menyelesaikan kuliah pada tahun 2015, pada akhir tahun 2017 saya berkesempatan kerja di salah satu NGO lokal di Manokwari yang bergerak di bidang lingkungan. Namun, kenyataannya juga sama, masih tidak minim sampah, dan malah menyampah plastik banyak karena belum tahu dampak dari sampah plastik itu sendiri. Tapi, soal buang sampah sembarang itu tidak pernah saya lakukan, kebiasaan saya ketika makan atau minum, sampah-sampahnya selalu disimpan dalam tas.
Sampai teman-teman pernah mengatakan sebuah kalimat seperti ini, “ko pu tas ini tempat sampah atau tempat apa?” (Tas kamu ini tempat sampah atau tempat apa). Kalimat ini tidak hanya sebagai pertanyaan tapi semacam sindiran juga tapi saya tak peduli karena ini soal tanggung jawab terhadap sampahnya saya.
Kebiasaan mengingatkan untuk jangan membuang sampah sembarangan kepada teman-teman membuat saya seperti sebuah alarm yang akan berbunyi ketika ada sampah yang dibuang sembarangan. Ada satu cerita yang paling diingat dalam benak, saya bersama dua orang sahabatku Achap dan Iger kami bersahabat dari SMA dan kami janjian bertemu untuk jalan-jalan karena sudah lama tidak berjumpa semenjak tamat SMA sampai kuliah kami bertemu salah satu Supermarket yang paling bagus di Manokwari kala itu namanya Hadi kami membeli jajanan roti dan minuman kemasan kaleng.
Sumber: Youtube Kok Bisa
Setelah itu kami berjalan kaki di trotoar sambil minum dan menunggu taxi/angkutan umum, lalu saya duluan pulang namun mereka berdua tetap berjalan kaki. Ketika minuman yang mereka minum telah habis salah satu sahabat saya, Iger dengan gerakan tangan yang lincah melempar seperti seorang atlet basket yang sedang melempar bola menuju ring, tapi ternyata itu adalah kaleng yang dilempar ke arah pinggir trotoar dan bukan pada tempat sampah.
Lalu dia tersadar dan mengingat muka saya dan ocehan saya kepada mereka setiap kali membuang sampah sembarang, sambil senyum sendiri dan saling bertatap muka dengan Acap, Iger mengambil kembali kaleng yang sudah dilemparinya itu lalu membawa pulang ke rumah dan buang pada tempat sampah. Ini adalah pengalamanku dengan kedua sahabatku, dan sering juga mengingatkan pada keluarga dan teman-teman untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Komitmen untuk hidup minim sampah dan mengurangi yang namanya sampah plastik itu pada tahun 2018. Komitmen ini berawal saat saya bekerja di sebuah NGO lokal di Manokwari saat itu, di sini kami benar-benar diingatkan oleh direktur kami untuk minim bahkan kalau bisa jangan sampai menyampah plastik. NGO ini juga bermitra dengan beberapa NGO lain yang berada di luar Papua yang benar-benar komitmen untuk menjaga lingkungan dan bumi ini dari yang namanya sampah plastik.
Saya pun berkesempatan belajar dan bertemu dengan mereka, setelah itu melihat media sosial dan media daring mereka dan paling sering melihat postingan di instagram mereka mengenai dampak buruk dari sampah plastik ini dan kawan-kawannya yang terurai puluhan 20 – 60 tahun bahkan sampai ratusan tahun 450 – 500 tahun dan dampak buruk bagi kita manusia serta makhluk hidup lainnya adalah jika kita mengkonsumsi air, ikan atau apapun itu yang mengandung mikroplastik dari sampah plastik yang telah terurai menjadi partikel-partikel kecil, maka tubuh kita akan mengalami keracunan, penyakit kanker dan gangguan pencernaan bagi tubuh kita.
BACA JUGA: Ternyata Ini Penyebab Suhu Udara Jadi Dingin Banget!
Tidak hanya itu bahkan kita nantinya tidak bisa menikmati indahnya ekosistem laut dan hutan yang indah. Salah satu dampak buruk yaitu bencana banjir akibat sampah yang tidak terurus dan berserakan di mana-mana terutama pada selokan-selokan air, sungai serta laut dan pinggiran pantai yang sangat kotor.
Semenjak itu komitmen untuk membawa tumbler kemanapun dan tidak membeli lagi minuman dalam kemasan botol plastik, jika ke cafe minta minumannya di isi pada gelas dan sedotannya menggunakan sedotan stainless milik pribadi yang saya bawa kemanapun, makanannya juga benar-benar jauh dari yang namanya kemasan plastik sekali pakai, kalau pun ada sampahnya di simpan untuk bisa didaur ulang.
Kebiasaan saya saat ini mengoleksi tumbler, tapi bukan untuk digunakan sendiri saya selalu berbagi dengan orang-orang yang sudah saya kenal dan mengajak mereka juga mengurangi sampah plastik dan menjaga bumi. Bahkan tumbler ini dan saya seperti sepasang kekasih yang selalu menghabiskan waktu bersama-sama sampai saat ini dan sampai kapan pun akan tetap bersama.
Selain membawa tumbler saya juga bergabung dengan teman-teman komunitas yang peduli dengan hutan dan laut yang juga melakukan aksi nyata serta menggunakan sosial media untuk membagikan hal-hal positif mengapa pentingnya menjaga hutan, laut serta bumi ini. Apalagi kami di Papua yang sedari kecil hidup kami sangat dekat dengan hutan dan laut, kami habiskan masa kecil kami bermain di hutan dan laut.
Ketika bertumbuh besar dan mengetahui betapa pentingnya peran hutan dan laut untuk kehidupan ini, saya semakin bersemangat untuk melakukan aksi kecil seperti membagikan postingan yang bermanfaat di media sosial, menanam pohon dengan teman-teman komunitas, mengangkat sampah di tepi pantai dan saya juga mendaur ulang sampah botol plastik menjadi tempat sampah juga ecobricks yang sedang dalam proses pembuatan.
Sumber: Dokumentasi pribadi penulis
Kulakukan semua ini karena ku sayang bumi yang telah diberikan Sang Pencipta untukku menikmati bersama makhluk hidup yang lain, tidak hanya itu tapi menjaganya agar tetap lestari bagi generasi selanjutnya dan semua makhluk hidup di bumi ini.
Sehingga hal ini bisa kita mulai dari diri sendiri dengan melakukan hal-hal yang kecil seperti selalu membawa tumbler, alat makan ramah lingkungan (sedotan, tas makanan) dan tas belanja kain untuk mengurangi sampah plastik dan terus mengajak orang di sekitarku untuk ikut mengurangi sampah plastik serta menjaga hutan dan laut serta lingkungan di mana kita tinggal.
Penulis: Stephani Peday
Foto utama: Ilustrasi menjaga bumi. Sumber haibunda.com