Foto utama: Bumi. (Foto: iStockphoto/dem10)
Sobat, ada kabar mengejutkan yang wajib kamu ketahui. Ternyata, makin hari bumi yang kita tempati saat ini makin redup. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Dilansir dari CNN Indonesia, Para ilmuwan dari Big Bear Solar Observatory di California, Amerika Serikat menyatakan Bumi semakin meredup selama bertahun-tahun yang diduga akibat krisis iklim.
Selama lebih dari 20 tahun, para peneliti mengamati fenomena yang dikenal sebagai earthshine. Sebuah fenomena yang menurut Badan Antariksa dan Penerbangan Amerika Serikat (NASA) terjadi ketika wajah gelap Bulan menangkap pantulan cahaya Bumi dan mengembalikan cahaya itu. Kekuatan eartshine bervariasi karena cahaya yang dipantulkan dari Bumi juga berbeda.
BACA JUGA: Net Sink FoLU 2030, Peran Penting Indonesia Capai NDC 2030
Sebuah studi baru, yang diterbitkan dalam jurnal AGU Geophysical Research Letters menemukan terjadi penurunan yang signifikan dalam reflektansi Bumi, atau albedo, selama dua dekade terakhir.
Albedo adalah sebuah besaran yang menggambarkan perbandingan antara sinar Matahari yang tiba di permukaan bumi dan yang dipantulkan kembali ke angkasa dengan terjadi perubahan panjang gelombang.
Seperti dilansir Stuff, para peneliti mengatakan saat ini Bumi memantulkan cahaya sekitar setengah watt lebih sedikit per meter persegi daripada 20 tahun lalu. Sebagian besar penurunan terjadi dalam tiga tahun terakhir.
“Penurunan albedo sangat mengejutkan kami ketika kami menganalisis data tiga tahun terakhir setelah 17 tahun albedo yang hampir datar,” kata peneliti Institut Teknologi New Jersey, Philip Goode, yang merupakan peneliti utama dalam studi tersebut.
Para ilmuwan menggunakan data satelit untuk mengukur faktor yang mendorong cahaya Bumi meredup. Daratan, es, awan, dan lautan terbuka semuanya memiliki tingkat reflektifitas berbeda yang berkontribusi terhadap cahaya bumi, seperti dilansir Gizmodo.
BACA JUGA: Kunci Capaian Implementasi NDC di Sektor Kehutanan
Perubahan yang diamati pada albedo Bumi tidak berkorelasi dengan perubahan periodik dalam kecerahan Matahari, yang berarti itu disebabkan oleh sesuatu yang lain. Para ilmuwan kemudian melihat penurunan tutupan awan yang cerah dan reflektif di atas Samudra Pasifik timur dalam beberapa tahun terakhir khususnya di pantai barat Amerika Utara dan Selatan.
Krisis iklim telah meningkatkan panas di mana-mana, termasuk di lautan. Itu bisa mengurangi tutupan awan di wilayah tersebut.
Saat ada banyak tutupan awan, sinar matahari dipantulkan kembali ke angkasa, sebaliknya, ketika lebih sedikit awan, lebih banyak sinar matahari yang masuk.
“Penurunan albedo baru-baru ini dikaitkan dengan pemanasan Pasifik timur, yang diukur untuk mengurangi tutupan awan dataran rendah,” tulis para ilmuwan dalam penelitian mereka.