Banyak yang bilang jika isu lingkungan maupun isu krisis iklim tidak akan dilirik oleh banyak politisi di Indonesia lantaran sifatnya yang tidak populis. Tak ayal, jika isu ini pun kerap dikesampingkan dan tidak menjadi arus utama dalam banyak kebijakan di tanah air.
Dilansir dari VOA Indonesia, Wakil Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik FISIP Universitas Indonesia, Hurriyah mengatakan bahwa pada umumnya isu krisis iklim belum menjadi prioritas politikus di Indonesia.
Meski Indonesia terbilang aktif dalam serangkaian kegiatan konvensi maupun kesepakatan global yang terkait dengan upaya perlawanan terhadap krisis iklim seperti Persetujuan Paris (Paris Agreement) pada 2015 dan banyak konferensi tingkat tinggi (KTT) perubahan iklim lainnya, namun, banyak politisi menganggapnya bukan sebagai isu yang populis.
“Isu climate change ini masih menjadi isu tersier, bahkan dia belum masuk ke isu sekunder. Dia masih dianggap isu pinggiran yang posisinya masih lebih tidak penting dibanding isu-isu seperti ekonomi, kesehatan,” jelas Hurriyah.
BACA JUGA: Bill Gates Bicara Perubahan Iklim, Apa Solusinya?
Menurutnya kecenderungan politikus melirik isu-isu populis tak lepas dari masalah lemahnya ideologi partai. “Kalaupun ada pengaruh ideologi, biasanya masih terjebak dalam persoalan nasionalis dan agamis”, kata Hurriyah.
Kendati demikian, ternyata masih ada politisi yang peduli terhadap lingkungan dan perubahan iklim di negeri ini.
Lantas siapa saja mereka dan apa yang mereka sampaikan? Berikut cuplikannya:
- Anies Baswedan
Ket: Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. tirto.id/Andrey Gromico
Politisi pertama adalah Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Benar bahwa Anies sempat menjadi perbincangan publik setelah penampilannya dalam virtual forum bertajuk “Dialogue Between C40 Mayors and UN Secretary General-Advancing Carbon Neutrality and Resilient Recovery for Cities and Nations”, yang digelar pada, Jumat (16/4/2021) malam.
Dilansir dari CNBC Indonesia, dalam kesempatan itu, Anies mengusulkan program untuk mengatasi krisis iklim dan upaya dalam pengurangan emisi karbon.
“Pemerintah kota memiliki tugas untuk menyediakan lingkungan tempat tinggal yang layak huni bagi para warga kotanya. Hal ini termasuk dengan mengatasi dampak perubahan iklim dengan melakukan upaya untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan oleh kota-kota,” ujar Anies.
Anies mengatakan kota-kota di dunia berkomitmen untuk membuat rencana aksi iklim. Hal itu dilakukan dalam strategi transportasi hingga bangunan ramah lingkungan.
“Kota-kota di seluruh dunia telah melakukannya dengan berkomitmen dan mengalokasikan sumber daya untuk membuat rencana aksi iklim dan melakukan implementasi aksi iklim dalam strategi transportasi, tata bangunan, dan mempromosikan energi bersih dan banyak lagi,” tutur Anies.
Berkat pidatonya pada pertemuan tersebut, Anies pun banjir pujian dari masyarakat khususnya warganet di media sosial.
- Dyah Roro Esti
Ket: sumber foto https://dyahroroesti.com/
Selanjutnya, Anggota DPR RI Dyah Roro Esti. Politisi Partai Golkar ini disebut cukup peduli terhadap lingkungan. Dalam sebuah Seminar Nasional Parlemen Kampus di Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ), Cirebon, Jawa Barat, Kamis (30/1/2020), Dyah Roro mengajak generasi muda, khususnya mahasiswa untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
Politisi milenial ini menuturkan setiap elemen masyarakat mempunyai peranan, termasuk mahasiswa untuk mewariskan alam yang sehat dan bersih ke generasi yang akan datang.
“Semuanya yang hadir hari ini tentunya memiliki mimpi-mimpi yang Insya Allah dicapai 10-20 tahun ke depan. Tetapi ketika kita tidak peduli dengan lingkungan kita, maka bagaimana caranya kita bisa mencapai mimpi besar kita,” ungkap Dyah Roro.
BACA JUGA: Krisis Iklim Mengancam Sejumlah Profesi dan Pekerjaan Masyarakat, Ini Alasannya!
Kepada mahasiswa yang hadir, Ia juga membagikan langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam melestarikan lingkungan, salah satunya larangan penggunaan plastik sekali pakai. Menurutnya, aturan ini sudah banyak diterapkan di beberapa negara di Eropa maupun di negara-negara berkembang lainnya.
“Bahkan China sudah akan menerapkan ban single-use plastik tersebut di tahun 2022 mendatang. Ini langkah yang luar dan Indonesia pun bisa melakukannya,” jelas Dyah Roro. Hal ini diyakininya dapat membantu merealisasikan komitmen Indonesia mengurangi penggunaan sampah plastik di tahun 2025 sebesar 70 persen.
- Putra Nababan
Ket: Putra Nababan (Diambil dari Foto JPNN)
Anggota Komisi X DPR RI, Putra Nababan dikenal sebagai salah satu sosok politisi yang cukup memberikan perhatian terhadap lingkungan dan perubahan iklim.
Menurut Politisi PDI Perjuangan ini, kepedulian terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana. “Budaya peduli lingkungan seperti tidak membuang sampah, membersihkan sungai, menanam pohon untuk menjaga ekosistem kehidupan, budaya senyum, gotong royong, tepa selira. Itu semua adalah ciri yang menjadi lestari sebagai identitas masyarakat dan negara Indonesia,” ujar Putra.
Dalam rangkaian HUT PDI Perjuangan yang akan berlangsung hingga bulan Mei, Putra Nababan juga menyampaikan bahwa partainya saat ini melakukan penghijauan di sekitar daerah aliran sungai Ciliwung. PDI Perjuangan mengajak generasi muda untuk lebih peduli terhadap isu lingkungan,” katanya.
BACA JUGA: Yuk, Bersama BLACKPINK Lawan Dampak Perubahan Iklim!
Putra Nababan juga berkeyakinan bahwa milenial dapat dipercaya dalam upaya pelestarian lingkungan. Pasalnya, Ia menjelaskan bahwa generasi milenial merupakan garda terdepan dalam pelestarian dan pemeliharaan alam dan kebudayaan.
- Anis Matta
Ket: sumber foto https://asatunews.co.id/
Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta juga dikenal sebagai politisi yang memberikan perhatian pada lingkungan. Anis Matta pernah menyebutkan bahwa perubahan lingkungan yang dibarengi rentetan bencana alam makin menyadarkan partainya.
Di bawah pimpinannya, Partai Gelora disebut telah menjadikan isu lingkungan sebagai agenda perjuangan. “Isu lingkungan ini akan menjadi salah satu agenda utama perjuangan kami di Partai Gelora,” kata Anis Matta dalam Live Report ‘Phinisi Kemanusian untuk Bencana Nusa Tenggara & Peduli Jawa Timur’ di Jakarta, Jumat (16/4).
Menurut pria kelahiran Bone ini, Indonesia perlu melakukan langkah sistematis mengatasi perubahan lingkungan. Tanpa hal tersebut, kata dia, bumi tidak akan layak huni. “Jika tidak menemukan solusi yang lebih komprehensif, dalam waktu tidak terlalu lama, bumi ini tidak layak untuk dihuni,” kata Anis.