Tidak hanya berdampak buruk terhadap Bumi, Krisis iklim juga berbahaya bagi kesehatan manusia karena efek jangka panjang yang dapat ditimbulkan. Terlebih krisis iklim terjadi akibat aktivitas manusia yang terus menghasilkan gas “berbahaya” yang menyebabkan suhu rata-rata bumi menjadi lebih hangat dari tahun ke tahun. 

Dalam beberapa dekade mendatang, akibat terjadinya degradasi ekologi, kenaikan suhu, dan peristiwa cuaca ekstrem diprediksi dapat meningkatkan ancaman terhadap kesehatan manusia. Krisis iklim memiliki efek mendalam pada penyebaran penyakit menular.

BACA JUGA: Ternyata Ini Penyebab Suhu Udara Jadi Dingin Banget!

Sebagaimana dilansir dari merdeka.com pada April 2020, sebuah laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengungkapkan bahwa “Perubahan iklim, salah satu perubahan lingkungan global yang sekarang sedang berlangsung, diperkirakan memiliki berbagai dampak terhadap terjadinya penyakit menular pada populasi manusia.”

Andy Haines, profesor kesehatan masyarakat dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, Inggris juga mengungkapkan bahwa perubahan iklim bisa meningkatkan risiko kesehatan warga dunia di masa depan. Hal ini terjadi karena jumlah karbon dioksida (CO2) di atmosfer mempercepat pemanasan global yang berpotensi meningkatkan risiko masalah kesehatan.

Hal itu terjadi karena penyebaran virus mengalami peningkatan akibat vendor dari penyebaran virus tersebut meningkat dan dapat berkembang biak dengan cepat. Misalnya serangga yang menggigit, seperti nyamuk, dan kutu yang dapat menularkan infeksi virus berdarah dingin.

Berikut adalah beberapa penyakit yang bersumber dari virus yang berpotensi mengancam Kesehatan manusia karena terjadinya krisis iklim:

  • Malaria

Beberapa wilayah memang sudah dinyatakan aman dari malaria, namun akibat perubahan iklim, penyakit ini berpotensi meningkat. Penyakit ini dapat dicegah dengan mengontrol populasi nyamuk di penampungan air bersih, sungai, dan sawah. Namun akibat cuaca panas dan curah hujan yang tidak menentu, nyamuk Anopheles yang menjadi media penularan dari penyakit ini berpotensi berkembang biak dengan lebih cepat.

  • Kolera

Penyakit kolera biasanya lebih banyak terjadi di wilayah kumuh, padat penduduk, dan sulit mendapatkan akses air bersih. Penyakit ini menular lewat makanan dan minuman yang telah terkontaminasi. Penderita umumnya mengalami diare dan dehidrasi parah yang dapat mengakibatkan kematian jika tidak ditangani.

BACA JUGA: Covid-19 Belum Usai, Bencana Besar Bernama Krisis Iklim Dunia Sudah Tiba

Cara terbaik mencegah kolera adalah dengan rajin mencuci tangan serta memastikan kebersihan air dan makanan sebelum dikonsumsi. Sayangnya, krisis iklim akan menyebabkan ketersediaan air bersih semakin menipis, sementara perubahan cuaca tidak menentu.

  • Demam berdarah

Krisis iklim berpotensi menyebabkan meningkatnya penyakit demam berdarah, karena penularannya juga sama dengan Malaria, yakni melalui gigitan nyamuk. Demam berdarah yang tidak ditangani dapat menyebabkan perdarahan, syok, hingga kematian.

  • Pneumonia

Krisis iklim juga berpotensi menyebabkan Pneumonia, penyakit infeksi pada kantung udara dalam paru-paru, atau alveoli meningkat. Pasalnya, krisis iklim menyebabkan mikroba penyebab penyakit menjadi semakin banyak dan ditambah polusi udara

  • Hepatitis A

Krisis Iklim juga berpotensi menyebabkan penyebaran Hepatitis A meningkat. Sebab penyakit ini muncul salah satunya akibat kebiasaan buruk tidak menjaga kebersihan. Salah satu pencegahannya adalah melalui cuci tangan Anda dengan air mengalir dan sabun usai menggunakan kamar mandi, sebelum menyiapkan makanan, dan lain sebagainya.

  • Munculnya Penyakit Baru

Selain meningkatkan potensi penularan penyakit yang telah dikenal, krisis iklim juga berpotensi menyebabkan munculnya penyakit-penyakit baru. Dilansir dari merdeka.com, laporan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan bahwa tiga dari setiap empat penyakit yang baru muncul berasal dari hewan yang menular karena terjadinya pemanasan global.

Sumber: Youtuber BMKG

 

Foto Utama: Ilustrasi seorang anak kecil yang sedang dirawat.

Sumber Foto @http://ditjenppi.menlhk.go.id/