Dampak krisis iklim yang begitu nyata wajib menjadi perhatian serius bagi negara-negara di dunia, tidak terkecuali Indonesia. Dalam mengatasi krisis iklim, pemerintah Indonesia sangat berkomitmen bahkan telah menetapkan komitmen yang cukup ambisius untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui Nationally Determined Contribution (NDC) sebesar 26% dengan upaya sendiri dan 41% dengan dukungan internasional.
Setelah menunjukkan komitmen yang kuat pada pertemuan akbar perubahan iklim yakni KTT Perubahan Iklim atau COP26 yang diadakan di Glasgow, Indonesia kembali akan menyatakan komitmennya kepada dunia terhadap upaya mengatasi krisis iklim pada KTT G20 yang akan diadakan di Bali.
Dalam kegiatan tersebut, Pemerintah Indonesia akan mengusung tiga agenda utama. Dilansir dari CNN Indonesia, Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu menyebut tiga agenda itu adalah kesehatan, perubahan iklim dan perpajakan internasional.
BACA JUGA: 2021 Jadi Tahun Terpanas Kelima Sejak 1850
“Jadi tiga hal ini yang kita dorong. Memang masih banyak agenda lain, tapi ini yang utama dan didorong oleh bapak presiden dan akan terus kita gaungkan (tiga agenda itu),” katanya dalam webinar bertajuk Webinar ‘Presidensi G20 – Manfaat bagi Indonesia dan Dunia’, Senin (6/112).
Terkait agenda kesehatan, Febrio menuturkan Indonesia akan berupaya memastikan vaksinasi covid-19 bisa merata di seluruh dunia. Menurutnya, tidak mungkin dunia bisa sembuh dari pandemi jika tak ada upaya untuk mengatasinya secara bersama-sama.
Ia juga mengatakan bahwa vaksin tidak boleh hanya dinikmati oleh negara maju saja. Bahkan ia juga berharap distribusi vaksin yang saat ini terkendala untuk negara berkembang dan negara miskin bisa terselesaikan
“Kalau misalnya banyak negara vaksinnya sudah cukup tapi satu negara di Afrika vaksinasinya tidak cukup, lahir varian baru, seperti sekarang varian omicron,” imbuh Febrio.
Selain itu, ia juga mengatakan ke depannya para pemimpin dari negara-negara maju bisa memikirkan bagaimana kesiapan global jika kelak ada pandemi baru. Menurut Febrio harus ada mekanisme yang disiapkan bersama sehingga pandemi yang menewaskan banyak orang tidak terjadi kembali.
Untuk agenda perubahan iklim, menurut Febrio saat ini memang banyak negara membicarakan perubahan iklim dan upaya untuk mencegahnya dengan melakukan penurunan emisi, termasuk Indonesia.
BACA JUGA: Net Sink FoLU 2030, Peran Penting Indonesia Capai NDC 2030
Indonesia dan banyak negara lain menargetkan pada 2060 dapat menekan penggunaan emisi hingga nol persen. Meski demikian, menurut Febrio untuk melakukan transisi energi menuju nol emisi tentu biayanya tidak murah.
Oleh sebab itu, ia mengajak negara-negara di G20 dapat berkoordinasi untuk membiayai agenda pencegahan perubahan iklim bersama-sama.
“Mari kita ke depankan proyek-proyek yang sifatnya green, lalu kita minta, kita tagih komitmen dari semua negara untuk membiayai yang sifatnya sustainable dan akan sangat berdampak positif bagi pengurangan emisi global dan memperlambat kenaikan dari pemanasan global tersebut untuk kepentingan indonesia, negara berkembang dan global,” jelas Febrio.