Hai, kaum rebahan, apakah kalian merasakan bahwa akhir-akhir ini Ibu Kota DKI Jakarta atau daerah tempat tinggal kalian semakin panas sampai-sampai membuat kalian semakin malas beraktivitas? Kalau benar begitu berarti saatnya kalian pensiun jadi kaum rebahan, karena saatnya untuk bergerak melawan dampak perubahan iklim atau krisis iklim yang saat ini sedang kalian rasakan.
Dilansir dari Bisnis.com, sejak awal tahun, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika sudah memprediksi bahwa cuaca ekstrem di sejumlah wilayah Indonesia berlangsung hingga April 2021. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menerangkan fenomena itu terjadi karena puncak musim hujan di sejumlah daerah mengalami pergeseran akibat perubahan iklim global.
“Potensi ekstrem yang dalam prediksi kami masih akan berlangsung hingga bulan Maret paling tidak bahkan mungkin di beberapa wilayah yang puncak musim hujannya mundur dapat terjadi pula di bulan April,” kata Dwikorita dalam keterangan pers virtual, Minggu (31/1/2021).
Masih mending jika dampak dari krisis iklim hanya membuat populasi dari komunitas kaum rebahan semakin besar. Namun, tentu dampak perubahan iklim tidak sesepele itu. Banyak hal yang akan terancam akibat krisis iklim yang kian menakutkan. Salah satunya, menyebabkan hobi para kaum rebahan semakin terancam.
Berikut beberapa hobi kaum rebahan yang akan terancam akibat dampak krisis iklim dunia:
- Liburan Ke Berbagai Destinasi Wisata Jadi Batal Karena Destinasinya Hilang
Milenial yang suka rebahan tentu sangat hobi jalan-jalan, karena menurut mereka, jalan-jalan atau travelling adalah bentuk peralihan rebahan dari satu tempat ke tempat lainnya. Lantas jika banyak destinasi wisata yang hilang akibat perubahan iklim, kalian masih mau dianggap sebagai kaum rebahan?
BACA JUGA: 5 Bank di Indonesia Ini Peduli Terhadap Krisis Iklim
Lihat saja, bagi kalian para pecinta pantai, maka destinasi wisata kalian ini sedang terancam oleh krisis iklim. Terkait dampak krisis iklim menurut Direktur Walhi Lampung, Irfan Tri Musri, mengatakan bahwa salah satu dampaknya adalah kenaikan air laut yang yang menyebabkan wilayah pesisir berpotensi abrasi. Naiknya permukaan air laut bukan hanya hampiri daratan semata, tetapi justru menghancurkan ekosistem pesisir dan dapat menyebabkan tenggelamnya dataran-dataran rendah di sekitar pesisir dan pulau-pulau kecil.
Contohnya saja, pantai timur Lampung yang sudah mengalami abrasi mulai dari Pematang Pasir Kabupaten Lampung Selatan hingga Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. Kenaikan permukaan laut tersebut mengakibatkan abrasi pantai yang berada di wilayah pantai timur Lampung.
- Ngopi Bareng Teman-Teman Tinggal Kenangan
Krisis Iklim diyakini sangat berpengaruh pada masa depan budidaya kopi di Indonesia. Alasannya, kopi adalah tanaman yang sangat bergantung pada suhu dan pola curah hujan.
Dengan berubahnya iklim, seperti curah hujan yang tidak teratur, terjadinya kenaikan suhu, kekeringan dan badai yang terjadi, dapat mengganggu pertumbuhan tanaman kopi. Ditambah lagi, kopi di Indonesia sudah tergolong tua, banyaknya persebaran hama dan penyakit, juga praktik bertani yang tak lagi sesuai, membuat keberlanjutannya akan terganggu oleh perubahan alam tersebut.
Coba kalian bayangkan kalau akibat krisis iklim yang semakin buruk ngopi bareng temen-temen hanya tinggal kenangan. Sedih, bukan?
- Malas Gowes Karena Polusi Udara Semakin Berbahaya
Kalian yang saat ini masih hobi gowes (bersepeda) bersama teman-teman atau hanya sendirian, jangan harap bisa terus bersepeda dengan asyiknya jika krisis iklim tidak tertahankan lagi di kemudian. Bayangkan, polusi udara yang begitu berbahaya akan selalu menghantui kalian dimanapun kalian berada. Boro-boro mau gowes bareng, untuk sekadar pergi keluar rumah saja, malas.
Tiga hobi ini hanya bagian kecil dari ancaman krisis iklim kepada kalian semua, wahai kaum rebahan. Jadi, apakah kalian akan terus rebahan saat ini? Atau kita bersama mulai berkolaborasi untuk menjaga lingkungan, agar semua mimpi buruk di atas tidak akan pernah terjadi. Ayo, berkomitmen untuk menjaga iklim dunia!