Foto utama: ilustrasi menanam benih. Sumber: Kabarindah.com
Sobat Madani, ini adalah kisahku yang berawal dari keisengan di tahun lalu yang tanpa disadari membawa perubahan besar dalam hidupku. Awalnya aku hanya sekadar merapikan lahan di belakang rumah agar tidak menjadi sarang hewan, bisa jadi nyamuk, tikus, atau bahkan ular. Serem kan, kalau tidak diberisihkan.
Ya, lahan tersebut tidak terpakai dan akhirnya tidak sengaja menjadi tempat bertumpukkannya sampah dapur atau kjokkenmoddinger. Ketika membersihkan sisa sampah yang tercecer, aku menemukan bibit kecil pohon pepaya, sirsak, dan cabai. Aku pun mulai berpikir, wah, kira-kira siapa yang menanam ini, ya?
Setelah itu, kuputuskan untuk bertanya kepada ibuku, siapa tahu beliau yang menanamnya. Ternyata, ibu juga tidak merasa menanam benih itu. Ibu pun menjawab dengan dugaan bahwa bibit itu berasal dari sampah sisa makanan atau buah yang dibuang di tempat itu. Wah, kok bisa, ya? Padahal kan biji tadi sudah berbaur dengan sampah, tapi kok masih bisa tumbuh. Sungguh keajaiban, ya.
BACA JUGA: Pakar Sebut Bumi Kita Makin Redup Akibat Krisis Iklim, Begini Penjelasannya!
Lantas, aku pun berpikir, sepertinya lahan belakang rumahku ini sangat subur dan bisa dijadikan kebun jika diolah dengan baik. Lagipula lahan di belakang rumah itu merupakan bekas kandang kambing dan kelinci sehingga tanahnya masih mengandung nutrisi. Berawal dari sini aku mulai berinisiatif untuk memanfaatkan biji-biji hasil dari sampah dapur untuk ditanam di belakang rumah.
Setelah saat itu, aku pun mulai menyisihkan biji-biji dari buah yang kami konsumsi, kemudian menebar bijinya ke belakang rumah. Pada saat itu aku belum mengerti cara menanam atau bertani yang baik dan benar. Namun, ibu selalu bilang bahwa biji yang disebar itu pasti akan tumbuh. Inilah bentuk dukungan ibu agar aku bisa memanfaatkan bagian belakang rumahku untuk menanam berbagai tanaman dari biji-bijian sisa atau bahkan dari biji lain pemberian dari tetanggaku.
Ternyata benar, beberapa hari setelah itu biji-biji yang sebelumnya aku sebar, mulai tumbuh menjadi bibit. Ada bibit cabai, pare, mangga, alpukat, sirsak, jambu, jeruk nipis dan salak. Biji-biji itu bertumbuh berserakan karena memang hanya disebar, tidak ditempatkan di polybag atau ditata rapi. Akhirnya aku mulai memindahkan bibit tersebut satu-persatu ke dalam polybag dan merapikan belakang rumah.
Setelah itu muncul masalah baru. Aku mulai berpikir tentang cara merawat bibit ini agar mampu bertahan dan berkembang. Aku pun mulai mencari tahu tentang cara merawat tanaman, mulai dari menonton video di youtube, mengikuti seminar serta workshop pertanian, dan banyak lainnya.
BACA JUGA: Aku Punya Delapan Tips Biar Kamu Bisa Hadapi Krisis Iklim Dunia, Ini Penjelasannya!
Dari salah satu workshop pertanian yang pernah aku ikuti, mendapatkan cara membuat nutrisi bagi tanaman dari sisa sampah dapur. Salah satu cara pembuatan nutrisi yang paling mudah adalah dari cangkang telur yang ditumbuk dan dicampur dengan air jeruk. Cangkang telur itu sendiri memiliki kandungan kalsium karbonat yang dapat menyuplai kalsium pada tanaman. Kalsium ini berguna untuk mempercepat pertumbuhan batang dan daun, meningkatkan kualitas tumbuhan, dan lain sebagainya.
Tidak hanya itu, aku juga mengolah sampah dapur menjadi kompos. Caranya, aku menggali tanah di belakang rumah dengan kedalaman yang cukup untuk menimbun sampah sisa sayur dan buah yang kemudian ditambah dengan kompos. Selang dua atau tiga minggu kompos sudah dapat digunakan.
Lambat laun, kebunku pun mulai tertata, sampah dapur sudah mulai berkurang dan tidak lagi menumpuk di belakang rumah. Akan tetapi masih ada satu masalah. Ternyata, sampah plastik dan kardus masih berceceran di dalam rumah. Kalau dipikir-pikir, rumahku bisa dikatakan sebagai salah satu penyumbang sampah yang lumayan besar di daerah tempat tinggalku. Itu semua karena di rumah, kami membuka toko kelontong atau toko kebutuhan sehari-hari.
Biasanya ibuku akan membakar sampah plastik di dekat TPA dan menjual kardus bekas ke tempat penampungannya. Padahal, membakar sampah plastik itu berbahaya karena melepaskan karbondioksida yang dapat memperparah pemanasan global dan tentunya berdampak pada krisis iklim dunia. Selain itu, ibu juga suka menimbun sampah plastik yang dimasukkan ke karung-karung yang diletakkan di dalam toko. Ini tentu menjadi salah satu ancaman, ya. Tumpukan sampah di dalam rumah.
Untuk mengatasi ini, aku mulai mencari informasi terkait sampah di desa. Hebatnya, ternyata sudah ada inisiatif bank sampah. Namun, pengoperasiannya masih satu bulan lagi sejak aku menemukan informasi ini. Jadi aku memang harus bersabar dan menyimpan sampah terlebih dahulu daripada membuang sampah tersebut langsung ke TPA yang pada akhirnya hanya menambah tumpukan sampah yang sudah menggunung di TPA tersebut.
BACA JUGA: Tahukah Kamu Mengapa Indonesia Diminati Banyak Pendonor Dalam Upaya Mengatasi Krisis Iklim Dunia?
Sekarang, aku merasakan bahwa kehidupanku sudah berubah. Aku sudah membiasakan diri untuk menerapkan pola hidup yang berkelanjutan. Ini semua berawal dari sebutir biji yang mulanya useless dan disebar begitu saja, kini dapat menghidupi dan mengantarkan aku untuk turut merawat bumi.
Sobat, untuk kalian ketahui, beberapa bulan lalu aku sudah mendonasikan bibit buah kepada sebuah komunitas, loh. Aku juga sudah dapat memberi bibit buah kepada keluarga. Bibit-bibit itu aku berikan cuma-cuma kepada siapapun yang mau menanamnya. Kamu mau bibitnya juga?
Penulis: Ratna Triwulandari