Pernahkah di antara teman-teman pergi berlibur ke hutan mangrove? Jika pernah, pasti telah berjumpa dengan salah satu pohon yang akarnya mencuat kemana-mana dan tampak seperti jangkar. Pohon yang mencolok tersebut adalah mangrove atau memiliki nama ilmiah Rhizophora sp.
Bentuk akar yang seperti jangkar itu sebagai cara penyesuaian diri terhadap kondisi lingkungan yang berada pada daerah pasang surut agar tidak larut hanyut terbawa air.
Pohon ini biasanya mendiami pesisir pantai yang berombak relatif tenang dan di muara sungai dekat pantai. Maka dari itu banyak dijumpai hutan mangrove di pesisir utara Pulau Jawa karena ombak yang tidak terlalu kencang sementara pada bagian selatan jawa khususnya di Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta, hutan mangrove tersebut hasil dari penanaman dan lokasi penanaman biasanya tidak langsung menghadap ke arah laut karena ombaknya yang kencang namun pada muara sungai dekat pantai.
BACA JUGA: Manfaat Mangrove dalam Memerangi Krisis iklim
Sebagai contoh yaitu hutan mangrove yang berada di Pantai Baros, Bantul, D.I Yogyakarta. Lingkungan yang sesuai bagi mangrove yaitu pada daerah yang gerakan ombaknya tidak terlalu kencang, memiliki rasa air yang payau, memiliki lumpur yang tebal dan memiliki zona intertidal atau zona pasang surut air laut yang lebar. Tempat tumbuh mangrove sangat tidak biasa karena di tempat berlumpur, namun di sisi lain memiliki daya tarik tersendiri.
Kesempatan melakukan penanaman di hutan mangrove menjadi momen berharga dan pengalaman yang sangat menarik. Penanaman di daerah mangrove berbeda dengan kegiatan penanaman di tempat lain karena kondisi lahannya yang berlumpur.
Seperti kegiatan penanaman di area Hutan Mangrove Baros ini misalnya pada penempatan ajir (alat penegak yang terbuat dari bilah bambu yang berfungsi untuk menopang pohon) harus di depan dari arah datangnya gelombang atau posisi bibit dibelakang ajir dari arah datangnya gelombang yang hal ini dimaksudkan agar ajir dapat dijadikan penghalang agar bibit tidak terbawa arus.
Selain itu juga dilakukan perlakuan lain yaitu bibit diikat dengan ajir menggunakan tali membentuk simpul angka delapan agar lebih kuat dalam menahan bibit agar tidak hanyut. Sebuah pengalaman baru didapatkan dari penanaman mangrove dan di sisi lain juga turut serta dalam menjaga lingkungan.
Sumber: Youtube KLHK
Mangrove itu sendiri telah membuat sebuah ekosistem yang di dalamnya terdapat fauna khas yang ada di hutan mangrove salah satunya ikan londok atau gelondok (Periophthalmus sp.) yang juga memiliki keunikan dan suka muncul ke daratan bahkan bisa bertahan di darat sampai tujuh menit lebih.
Bukan hanya itu, ada juga kepiting biola (Uca spp.) yang memiliki keunikan yaitu pada bagian capitnya itu besar sebelah, bukan karena cacat namun memang kondisi morfologinya seperti itu sebagai alat mencengkram mangsa ataupun menggali lumpur ataupun. Tajuk dari pohon mangrove juga sering dijadikan sebagai sarang dari burung pantai.
Sumber: Dokumentasi pribadi penulis
Rhizophora atau mangrove karena keunikannya baik dari bentuk morfologi akar ataupun habitatnya sering dijadikan objek wisata berbasis lingkungan. Sehingga hutan mangrove ini bukan hanya memiliki fungsi ekologis sebagai pemecah gelombang tinggi namun bisa juga menyimpan cadangan karbon bahkan lebih besar dari pohon di ekosistem lain. wah multifungsi sekali pohon mangrove ini, yuk mari lebih peduli lagi dengan kelestarian hutan mangrove.
Langkah kecil berdampak besar yang bisa dilakukan misalnya dengan ikut serta melakukan penanaman, berdonasi dalam pengadaan bibit ataupun tidak membuang sampah sembarangan di hutan mangrove. Mari sama-sama menjaga agar hutan mangrove tetap terlindungi. Dengan menjaga mangrove, maka juga berarti menjaga cadangan karbon serta bisa mencegah perubahan iklim yang makin menakutkan.
Penulis: Miftahulhuda
Mahasiswa Kehutanan Universitas Gadjah Mada
Foto utama: Hutan Mangrove Baros. @VisitingJogja